Batakberkesan Weblog

memorie`s & future of Batax`s

Mencari Bapak Suci Orang Batak, Menata HKBP yang Nauli

(Refleksi & Proficiat kepada Ephorus 2008-20012 terpilih Pdt. Dr Bonar Napitupulu)

Gereja Huria Kristen Batak Protestan atau HKBP merupakan sekte atau aliran kepercayaan kristen berdasarkan culture/budaya kesukuan yang terbesar dan tertua di dunia yang telah tersebar di setiap daerah propinsi di Indonesia, bahkan di banyak negara Internasional. Perkembangan dan penyebaran HKBP juga dikarenakan adanya tradisi merantau bagi naposo (pemuda/pemudi) untuk mengadu nasib dan mencari kesuksesan di daerah lain. Sehingga tidak aneh jika kita melihat gereja HKBP terdapat di setiap Propinsi di Indonesia, bahkan di banyak kabupaten. Orang Batak dikenal sebagai pekerja yang keras dan ulet jika di tanah rantau. Apalagi jika telah terjadi kawin silang anatara orang Batak dengan suku/warganegara lain dan telah diadatkan dengan mengangkat marga dan menjadi umat HKBP. Kondisi ini membuat HKBP semakin “berwana”.

Pendewasaan Rohani seseorang yang bertumbuh akan menjadikan orang tersebut semakin bermartabat dan membawa kesejukan Iman yang Holistik (menyeluruh) serta membawa berkat bagi setiap orang dalam kehidupannya. Lalu mengapa sering terjadi konflik dan permasalahan di tubuh Gereja (Kristen) yang ternyata sering di karenakan permasalahan para pemimpin Gerejanya yang notabene adalah seorang Pendeta (Hamba dan pelayan Tuhan). Apakah dikarenakan lebih besar kuasa daging dari pada Kuasa Roh dalam pendeta tersebut? Karena seorang Pendeta/Pimpinan Gereja adalah seorang Manusia Biasa juga. Ini adalah Fakta yang perlu kita sadari, dan fakta ini sering mengakibatkan perpecahan dalam tubuh Gereja dan lebih parahnya merembes pada konflik Jemaat/UMAT. Apalagi jika permasalahan gerejawi tersebut telah dibawa ke permasalahan Hukum dan memiliki Keputusan Pengadilan Negara (contoh Kasus Konflik Jemaat HKBP Pondok Bambu yang telah memiliki Keputusan PN Jakarta Timur tanggal 21 Agustus 2008 yang memvonis para Pendeta serta untuk membayar kerugian Material). Ini harus menjadi refleksi kita bersama sebagai umat beragama apapun, ketika permasalahan Iman dan keyakinan telah di intervensi oleh Negara (Keputusan Hukum).

Sejak tahun 1862 ketika datangnya Misionaris Dr.I.L Nommensen ke Tanah Batak dari Negeri Eropa setelah di baptis menjadi pendeta dan belajar budaya dan bahasa Batak dar iDr. Van Der Tuuk di Belanda, telah berdampak dan berpengaruh besar terhadap kemajuan serta perkembangan Orang Batak khususnya di Tapanuli. Nommensen tidak hanya memiliki misi penginjilan, selain itu beliau juga menyebarkan berbagai pengetahuan hidup dan peradaban kepada orang batak pada zaman itu. Misi Nommensen tentunga memiliki tantangan sangat besar, karena tidak mudah untuk merubah budaya dan kebiasaan orang batak yang pada saat itu masih menganut paham anemisme (menyembah “Opung-Opung”) serta pola hidup yang masih berpindah-pindah/primitif (malahan ada stigma di masyarakat dahulu bahwa orang batak makan orang). Kehadiran Nommensen dengan misi penginjilan semakin terorganisir dengan dibentuknya suatu Huria/perkumpulan/persatuan orang Kristen Batak Protestan yang kemudian di kenal dengan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Jika kita merunut sejarah keorganisasian Lembaga Gereja HKBP yang berpusat di Pearaja-Tarutung-Kab. Tapanuli Utara ketika berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861 di Paraosorat, Sipirok sebagai permulaan Misi Kongsi Barmen di Tanah Batak dengan kesepakatan 4 orang Misionaris Belanda dan Jerman yaitu HKBP (Heinen, Klammer, Betz dan P Van Asselt) yang menjadi penginjil di tanah Batak yang berpusat di Barmen, Wupertal, Jerman. Menyambut kelahiran gereja HKBP ke 150 tahun pada tahun 2011 nanti, pimpinan HKBP periode 2008 – 2012 yang terpilih dalam Sinode Godang ke 59 ini kiranya mampu merefleksikan dan mengkaselerasikan perkembangan Gereja HKBP selama ini dan yang akan datang.

Dengan Visi Gereja HKBP, yaitu : HKBP menjadi berkat bagi bangsa dan dunia melalui perannya sebagai garam dan terang, diawali dengan pembaharuan di dalam dirinya berlandaskan kasih, persatuan dan kesatuan, damai serta pengorbanan yang diamanatkan Yesus Kristus. Visi tersebut didukung oleh Misi HKBP, yaitu : meningkatkan mutu pelayanan jemaat dalam tri tugas panggilan gereja di bidang koinonia, marturia dan diakonia dengan melakukan pembinaan dan pemberdayaan kepada semua pelayan dan warga jemaat HKBP. Visi dan misi tersebut diharapkan akan membentuk Gereja HKBP memiliki kuasa Roh Kudus yang satu dan utuh dalam melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus seperti yang tertulis dalam Matius 5 : 13.

Pdt. Dr. Bonar Napitupulu

Ephorus HKBP 2008-2012

Pdt. Dr. Bonar Napitupulu Ephorus HKBP 2008-2012 Sinode Godang (Rapat Akbar) merupakan puncak pertemuan para pendeta dan pimpinan daerah gereja HKBP untuk pemilihan Ephorus (pimpinan tertinggi Gereja HKBP dan sebagai Bapak Suci HKBP) serta membahas permasalahan internal dan sikap Ekternal Gereja HKBP di Masyarakat. Pada Sinode Godang ke 59 tahun 2008 ini Gereja HKBP di hadapi dengan banyak permasalahan Internal keorganisasian, diantaranya konflik internal di Gereja HKBP di Bandung di jalan Riau (permasalahan Administrasi SK Ephorus terhadap mutasi Pendeta Setempat yang berakibat pada terpecahnya umat HKBP di Bandung), Konflik HKBP Pondok Bambu Jakarta Timur. kesejahteraan dan rotasi penugasan Pendeta di daerah – daerah, tata administrasi dan Keuangan di setiap lembaga keorganisasian di Gereja HKBP, dll. Dilihat dari kiprah Gereja HKBP di masyarakat dan dunia Internasional tentunya lebih banyak lagi yang di harapkan oleh umatnya. HKBP memegang peranan dan sumbangsih yang cukup besar dalam Lembaga Gereja PGI (Persatuan Gereja-Gereja Indonesia), Lembaga Oikumene (Kristen Protestan dan Katolik) maupun dalam Badan Oikumene Dunia yaitu UEM, LWF (Lutheran World Fundation), WCC (Dewan Gereja se-Dunia) dan CCA (Church Council Association). Hal ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) besar bagi Sinode Godang serta Pimpinan HKBP yang terpilih.

Pada pemilihan Ephorus ini sempat diwarnai 3 calon kuat Ephorus yaitu Pdt. Dr. Bonar Napitupulu (selaku Ephorus Incumbent/ yang sedang menjabat periode 2004-2008), Pdt. WTP Simarmata, MA (Sekjen HBKP periode 2004-2008 & Ketua PGI Wil. SUMUT) dan Pdt. Dr. Jamilin Sirait (Rektor Universitas HKBP Nomensen dan Dosen STT Nomensen). Pdt. Jamilin Sirait sempat di harapkan menjadi kuda hitam dalam pemilihan Ephorus tersebut karena pengalamannya di HKBP telah lebih dari 33 tahun dan memiliki kemampuan intelektualitas yang mumpuni. Tetapi pada saat pendaftaran calon ternyata beliau mengundurkan diri dan menyatakan tidak mengikuti pertarungan pemilihan Ephorus HKBP.

Layaknya Pilkada, pada pemilihan Ephorus kali ini juga diramaikan dengan Tim Sukses (Timses) dari setiap calon yang telah bergerilya sejak tahun kemarin di setiap daerah. Bahkan ketika Sinode Godang (SG) berlangsung tanggal 1 September 2008, nampak anggota – anggota Timses yang juga merupakan anggota SG membagikan beberapa brosur dan membuat rapat – rapat kecil. Setelah melalui berbagai proses pertemuan, mulai dari orientasi peserta SG pada hari pertama, kemudian laporan pertanggungjawaban Ephorus periode 2004-2008 hingga pada saat pemilihan Ephorus dan Sekjend serta kepala Departement dan Praeses yang pada prinsipnya berlangsung dengan lancar dan tanpa gangguan yang cukup berarti (struktur lengkap pimpinan HKBP yang terpilih periode 2008-2012 lihat tabel 1). Kondisi persaingan Timses dan lobi-lobi para peserta SG dapat dimaklumi, ketika perkembangan jaman dan kondisi nyata menyatakan bahwa Gereja HKBP merupakan Organisasi keagamaan terbesar ke Tiga di Indonesia setelah NU (Nahdatul Ulama) dan Muhammadiyah serta memiliki bidang pelayanan yang cukup besar terhadap kira-kira 5 juta jemaat HKBP yang tersebar di seantero dunia. Apalagi jika kita iseng-iseng menghitung seberapa besar asset dan perputaran uang yang terdapat di Lembaga-lembaga di bawah naungan HKBP (Rumah sakit, Universitas, percetakan, STT, Sekolah-sekolah HKBP mulai dari TK hingga SMU/SMK, Akbid, lembaga pelayanan sosial lainnya baik yang internal HKBP maupun ekternal, dll).

Kiranya semua yang terlibat dalam pelayanan di Gereja HKBP tidak hanya terjebak pada aktivisme semata ataupun terpatok pada pelayanan penginjilan saja. Karena semua firman Tuhan adalah NYATA dan harus diimplementasikan oleh seluruh “anakNYA” dalam konteks kehidupan di jamannya. Agama manapun yang tidak mau beradaptasi dan menginfiltrasi (menyaring) perkembangan jaman (teknologi, bahasa, budaya, ekonomi, dll) pasti akan ditinggalkan oleh jemaatnya. Fenomena ini dialami oleh berbagai agama besar (Protestan, Katolik, Islam dll), terbukti dengan tumbuhnya banyak aliran/ sekte di setiap agama yang semakin inovatif dalam melayani jemaatnya sehingga menjadi pendorong bagi jemaat lain untuk migrasi ke sekte/aliran yang menurut mereka dapat menjawab kebutuhan iman dan disukainya. Lihat sudah berapa sekte yang lahir dan berkembang hanya karena permasalahan internal organisasi HKBP dan ‘like or dislike’ (suka atau ketidaksukaan) jemaat HKBP terhadap personal Pendeta ataupun pimpinan gerejanya (sintua)

Kiranya HKBP juga berkembang bukan hanya karena jemaatnya orang yang bersuku batak, atau lahir dari keturunan orang batak. Tetapi karena panggilan Tuhan untuk pelayanan setiap manusia tanpa memandang suku. Karena akan menjadi Indah (ULI) ketika kita semua umat Tuhan melihat bahwa damai di bumi kepada orang yang berkenan, sesuai dengan tema Sinode Godang ke 59 yaitu “beritakanlah Injil kesemua Makhluk” (Matius 16 : 15).

Jerry Marbun

Ephorus HKBP sejak 1881 hingga sekarang 2008 :

1. Pdt. DR. IL Nommensen 1881 – 1918

2. Pdt. Valentin Kessel (Pejabat Ephorus) 1918 – 1920

3. Pdt. DR. J Warneck 1920 – 1932

4. Pdt. P Landgrebe 1932 – 1936

5. Pdt. DR. E Verwiebe 1936 – 1940

6. Pdt. K. Sirait 1940 – 1942

7. Pdt. DR. he J. Sihombing 1942 – 1962

8. Ds. DR. he TS Sihombing 1962 – 1974

9. Ds. GHM Siahaan 1974 – 1986

10. Pdt. DR. SAE Nababan LLD 1986 – 1992

11. Pdt. Dr. PWT Simanjuntak 1992 – 1998

12. Pdt. Dr. JR Hutauruk 1998 – 2004

13. Pdt. Dr. Bonar Napitupulu 2004 – 2008

14. Pdt. Dr. Bonar Napitupulu 2008 – 2012

Struktur Pimpinan HKB 2008-2012 :

Ephorus : Pdt. Dr. Bonar Napitupulu

Sekjen : Pdt. Ramlan Hutahean

K.Dep.Koinonia : Pdt. Dr. Jamilin Sirait

K.Dep.Marturia : Pdt. Dr. Binsar Nainggolan

K.Dep.Diakonia : Pdt. Nelson Siregar STh

Praeses (26 wilayah/distrik)

Tabel 1

Tabel 2

21 September 2008 - Posted by | opini |

4 Komentar »

  1. HKBP yang memodern gimana ya? Penasaran…abisss HKBP terkesan kolot…Ada g ya anak muda HKBP yang akan membawa perubahan menuju modernisasi menghadapi perkembangan jaman yang semakin cepat…Siapa ya orangnya?

    Komentar oleh Larry Sena Lumban Gaol | 19 Oktober 2008 | Balas

  2. horas
    sbgai anak yang tumbuh dan besar di HKBP
    Aq yakin HKBP bisa tetap eksis walau badai menerjang.
    karna HKBP adalah sahabatku
    gbu

    Komentar oleh saut lubis | 4 Desember 2008 | Balas

  3. Sebagai bagian NHKBP. Denger2 Timses bukan hanya bagi brosur tuh, tapi juga bagi hepeng? Apa yang suci bok?

    Komentar oleh Helda br. Pakpahan | 17 Desember 2008 | Balas

  4. Saya rindu melihat HKBP melakukan perubahan yang lebih melayani

    Komentar oleh samosir | 23 Januari 2009 | Balas


Tinggalkan komentar